BIDIKNEWS.id, Nasional – Ketika pemerintahan telah memisahkan agama dari negara, maka pemerintah seperti telah mengganti peran Tuhan. Pemerintah telah merekayasa negara sedemikian rupa, untuk mengatur rakyatnya dalam hal-hal besar hingga sekecil-kecilnya. Dari cara berpikir hingga mengambil tindakan.
Soal mencari nafkah, bersosalisasi hingga bagaimana melaksanakan peribadatan. Bahkan pada saat pandemi, negara mengintervensi rakyatnya antara sehat dan sakitnya, antara hidup dan kematiannya. Posisi dan kekuasaan yang sebelum dan biasanya dimiliki Tuhan Sang Pencipta.
Terlepas dari narasi dan realitas kehidupan rakyat yang dipatenkan pemerintah. Pada prakteknya tidak boleh ada kontra opini, tidak boleh muncul resistensi, dan tidak boleh eksistensi oposisi. Kalaupun ada rasionalisasi dan justifikasi dari pemerintah, maka aspirasi dan penyampaian pendapat rakyat itu dianggap sebagai pembangkangan sipil. Sebuah istilah pengganti subversif yang sering digunakan di masa silam.
Rakyat yang tidak setuju dengan keinginan pemerintahan akan banyak digelari cap, stempel dan gelar. Keragaman kata-kata bengis dan sikap sinis akan tumpah ruah di ranah publik. Umpatan konyol rakyat sebagai reaksi slogan pemerintah juga semakin marak. Perbendaharaan kata bersumber dari habitat binatang menghiasi komunikasi dan interaksi hampir seluruh partisan dan keberpihakan entitas tertentu.
Kampret melawan Kecebong, penyebutan merendahkan yang sering terlontar pada komunikasi massa. Pertarungan stigma dan stereotif tidak hanya terjadi pada komunikasi horisontal. Lebih dari itu, menuding rezim pemerintahan yang dzalim, otoriter dan diktator juga muncul sebagai respon terhadap opini radikal dan fundamental yang disematkan elit kekuasaan pada kelas masyarakat tertentu.
Penyumbatan komunikasi dan aspirasi rakyat pada pemerintah, pada akhirnya menyebabkan akumulasi kekecewaan dan ketidakpercayaan rakyat. Pemerintah terjebak pada situasi dan kondisi dimana rakyat dianggap sebagai musuh negara.
Pemerintah telah kehilangan sentuhan menempatkan kehadiran negara sebagai institusi yang menyelamatkan, mengayomi dan melindungi rakyatnya. Negara semakin berada di bibir jurang disharmoni, degradasi dan disintegrasi bangsa.
Hampir 2 dekade pemerintahan Jokowi, pemerintah dikepung dab diselimuti realitas kemunduran dari hal-hal yang prinsip dalam kenegaraan. Setidaknya ada 3 komponen dasar distorsi tata kelola pemerintahan Jokowi. Pertama, Indonesia terus mengalami kemerosotan ekonomi dan hampir diambang kebangkrutan nasional akibat salah kebijakan tata kelola penerintahan.
Kedua, praktek-praktek korupsi, pelemahan hukum, ketidak adilan sosial-ekonomi dan sosial politik yang dilakukan pemerintah. Ketiga, perilaku aparatur pemerintahan dari level pucuk pimpinan sampai ke paling bawah dan tersebar dipelbagai birokrasi baik legislatif, eksekutif dan yudikatif serta sistem pertahanan dan keamanan negara.
Semakin hari seiring waktu terus menunjukkan kemerosotan mental dan perilaku. Sebagian besar unsur pemerintahan telah nenjadi preman dan kriminal berseragam. Kepercayaan rakyat dengan segala daya dukung dan fasilitas dari rakyat termasuk legalitas dan legitimasi pemerintahan. Berbuah pengkhianatan dan “abuse of power”. Jika bertentangan dengan pemerintah, siapapun akan dianggap pembangkang.
Jelas terlihat meski tersirat, pemerintahan RI berada dalam konpirasi borjuasi nasional dan internasional. Dimana sistem dalam kekuasan oligarki dan kapitalisasi yang sentralistik. Rakyat termangu, menjadi target dan sasaran empuk dari eksploitasi manusia pada manusia dan eksploitasi bangsa, mulus melenggang dengan karpet merah.
Menyempurnakan keadaan itu, apalah arti dan keberadaan rakyat bagi pemerintah. Rakyat harus menerima kenyataan pahit, bahwasanya kedaulatan negara ada ditangan penguasa. Bukan ditangan rakyat. Bahasa hukum adalah bahasa kekuasaan. Nilai-nilai kebenaran adalah nilai tunggal yang dimiliki kekuasaan.
Untuk semua itu negara dalam genggaman kekuasaan telah menjadi representasi dan memiliki otiritas penuh dalam setiap sendi kehidupan rakyatnya. Pemerintah telah nenjadi agama baru yang harus diyakini dan diimani oleh rakyatnya. Sementara pada kenyataannya, pemerintah telah memisah agama dari negara.
Tinggalah rakyat, tetap menjadi jelata. Tetap menjadi wong cilik. Menjadi abadi sebagai orang kecil. Bergantinya waktu dan bertukarnya rezim kekuasan. Rayat tak akan pernah mengalami kejayaan. Kecil dan tak akan tumbuh besar sudah pasti, bahkan akan semakin kerdil. Nestapa.
Opini ini ditulis Oleh Yusuf Blegur
Pekerja sosial dan Aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari
-
TIDAK ADA DI YOUTUBE! | LAGU PERJUANGAN MAHASISWA TERKEREN (AWAN HITAM)
Lagu ini sudah lawas dan belum diketahui siapa penciptanya. Dinyanyikan ulang oleh Kak Ale... -
TEWAS DI TANGAN POLISI. INI PENJELASAN PENGACARA ARFANDI ARDIANSYAH
TERBUNUHNYA MUH. ARFANDI ARDIANSYAH DI TANGAN POLISI
Peristiwa ini bukan baru sekali terjadi, deretan Kasus Abuse of Power di Indonesia masih saja terus bergulir walau pekikan suara Demokrasi terus didengungkan aktivis.
Penyalahgunaan wewenang oleh Polisi dalam menangani perkara terus saja mengganggu perhatian publik. Di Makassar, sebelum tewasnya Arfandi, ada juga deretan peristiwa naas terbunuhnya korban di tangan polisi juga masih terproses, mulai dari Kahar Dg. Sibali yang meregang nyawa di tangan Polisi dengan luka lebam di sekujur tubuh bukti penyiksaan sebelum meninggal,
Andi Lolo, Napi Narkoba Lapas Bollangi juga merupakan bagian dari deretan Kematian penuh misteri di tangan Polda Sulsel, dijemput di Lapas Narkoba Bollangi lalu tetiba meninggal dunia dengan luka lebam di sekujur tubuh. Pembelaan demi pembelaan juga terus digaungkan aparat, namun tak bisa ditampik kematian yang meninggalkan jejak dari tubuh korban diduga kuat usai disiksa hingga tewas.
Muh. Arfandi Ardiansyah tidak terlepas dari deretan kasus ini. Ditangkap dan tetiba meninggal dengan luka lebam, lalu dituduh Bandar oleh Kasat Narkoba Polrestabes Makassar Kompol Doli M. Tanjung, walau akhirnya dianulir oleh Komandannya Kapolrestabes bahwa Arfandi bukan bandar. Namun bukan disitu titik permasalahannya, apapun keterangan dan upaya, Arfandi telah meninggal di tangan Polisi dengan penuh misteri. Luka lebam adalah rekam jejak yang tak bisa ditampik yang ditinggalkan oleh Polisi oleh karena meninggal ditangan aparat.
Akhirnya kita ucapkan Innaalillaahi wa innaa ilaihi rooji’un terhadap penegakan hukum di negara yang menjunjung tinggi tata aturan Perundang undangan….
Makassar, 17 Mei 2022
@Sya'ban Sartono & Team - Penasehat Hukum keluarga Korban -
KONFERENSI PERS | TERBUNUHNYA MUH. ARFANDI ARDIANSYAH DITANGAN POLISI
-
SUASAN HALAL BIHALAL TINGKAT KECAMATAN PULAU PURA DI LATANG
-
Sarat Budaya & SDA, Dekopira Akan "Disulap" Jadi Destinasi Wisata Kampung Budaya, Mhn Doa & Dukungan
BIDIKNEWS.id, Alor - Banyak yang belum mengetahui dan mengenal secara umum sejarah dan kebudayaan Dekopira. Kampung kecil yang sarat akan budaya dan Sumber Daya Alam (SDA) ini merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terletak di Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Dekopira mulai dikenal dengan atraksi-atraksi (adat-istiadat) kebudayaan mulai dari Tarian Penjemputan Tamu (Tari Wadi), Tabur Benih, Marang Apa, Tarian Siri Pinang (Menjamu Tamu), Silat Kampung, Rongge, Tari Rotan, Lego-Lego Ritual Makan Baru dan masih banyak lagi atraksi lainnya.
Dekopira sendiri memiliki 3 Kebudayaan, yakni Pertanian, Perkawinan dan Pembangunan yang terus-menerus diwariskan dan dilakukan hingga saat ini.
Disisi Sumber Daya Alam (SDA), Dekopira memiliki sumber mata air yang mengairi 4 kampung yang ada di Desa Batu, yakni Dekopira, Tuabang, Lamahule dan Bakalang yang merupakan Pusat Kota Desa Batu dan Kecamatan Pantar Timur.
Ada juga buah-buahan, seperti Kelapa, Jambu Mente, Kujawas (Jambu Batu), Pisang, Jeruk, Tuak dan Sopi (Minuman Alkohol), Siri Pinang, Kenari, Kemiri dan masih banyak lagi Sumber Daya Alam lainnya.
Di Dekopira ini juga, ada tempat-tempat yang bisa dijadikan spot-spot pemandangan maupun swafoto untuk menikmati alam bebas.
Oleh karena itu, masyarakat Dekopira dan secara umum kita semua sudah sepatutnya memberikan warna baru melalui bidang Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan sebagainya untuk dipertunjukkan di tingkat Kabupaten, Propinsi maupun tingkat Pusat.
Telah lama menjadi pergumulan masyarakat Dekopira khususnya masyarakat adat dan anak muda untuk menata kampung ini menjadi sebuah Ikon Destinasi.
Terbaru, melalui Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira mengundang seluruh elemen baik dari Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat, Pegiat Pariwisata, serta Orang Baik untuk menginisiatif adanya Wisata Kampung Budaya Dekopira.
Hal itu terjawab pada rapat yang digelar Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira, Minggu 10 April 2022 di Dekopira, Dusun 1 Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Alor-NTT yang dihadiri Camat Pantar Timur Ibrahim Dolu, SH., Kepala Desa Batu Situti Noor, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat dan seluruh elemen terkait dalam rangka sosialisasi dan perencanaan pembangunan Rumah Adat/Pondok ataupun Lopo.
Diakhir pertemuan, Camat Pantar Timur Ibrahim Dolu, SH., Kepala Desa Batu Situti Noor, RT/RW setempat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Pemuda, Tokoh Masyarakat bersama Badan Pengurus (BP) Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira melihat lokasi yang tidak jauh dari pemukiman penduduk Dekopira untuk didesain menjadi sebuah Ikon Destinasi Wisata Kampung Budaya.
"Lahan harus bersih. (Nantinya) perkampungan adat, destinasi (wisata budaya) Adat dalam kampung. Paling tidak kita harus betul-betul siapkan kuliner (lokal di lokasi ini)," kata Camat Pantar Timur, Ibrahim Dolu, SH., saat meninjau lokasi yang akan disulap menjadi Ikon Wisata Kampung Budaya Dekopira.
"(Bakti Masyarakat) Ini gotong royong satu hari selesai," kata Kepala Desa Batu, Situti Noor., yang juga di lokasi yang sama.
Sementara itu, Badan Pengurus Sanggar Wadi Onong Tou Alang Tou Dekopira mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para tamu undangan rapat dalam rangka Perencanaan Pembangunan Rumah Adat/Pondok ataupun Lopo untuk menunjang kegiatan Sanggar Budaya di Dekopira ini.
Secara khusus kepada Camat Pantar Timur, Bapak Ibrahim Dolu, SH dan Kepala Desa Batu, Bapak Situti Noor yang walaupun dalam suasana Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan ini, namun bisa meluangkan waktu untuk hadir dalam kondisi siang panas.
Untuk diketahui, Kampung Dekopira terbentuk pada tahun 1520 di pedalaman pegunungan Pulau Pantar, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kemudian di tahun 1975, masyarakat Dekopira bermigrasi atau berpindah ke lokasi yang saat ini ditempati yang tidak jauh dari pantai.
Dekopira juga dikenal masyarakat setempat dan sekitarnya, merupakan Kampung peradaban. Yang paling unik terkait memeluk agama. Saat ini, masyarakat Dekopira memeluk agama Kristen Protestan.
Sebelum memeluk Agama, di Dekopira juga ditemukan sebuah Al-Qur'an Tua terbuat dari Kulit Kayu yang ditemukan (Moyang) Kari Dasing di Dekopira ratusan tahun lebih yang lalu. (Moyang) Kari Dasing juga yang mengajarkan Syari'at di Desa Batu (Bakalang dan Tuabang) hingga saat ini Al-Qur'an tersebut berada di Tuabang, Dusun 2 Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Alor-NTT.
Dalam perjalanan hingga pada tahun 1930, kemudian masyarakat memeluk Agama dengan cara undian berburu (babi dan rusa). Dengan hasil berburu mendapatkan babi, sehingga akhirnya memeluk Agama Kristen Protestan hingga saat ini.
Laporan/Editor: Markus Kari -
1 TAHUN SEROJA BERLALU, AMN BERIKAN BANTUAN HINGGA DIKUKUHKAN SBG KELUARGA BESAR Se-LEMBAH MAINANG
BIDIKNEWS.id, Alor - Mengenang satu (1) tahun berlalunya Bencana Siklon Tropis Seroja di sejumlah wilayah Kabupaten Alor, korban terdampak dan masyarakat se-Lembah Mainang terdiri dari 4 Desa yakni Desa Welai Selatan, Malaipea, Fuisama dan Tominuku menggelar Doa Syukur, bertempat di lokasi bendungan Dusun I Mainang, Desa Welai Selatan, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Senin (4/4/2022).
Kebaktian Doa Syukur ini dipimpin Pendeta Matelda Morib, STh., yang saat ini bertugas di Jemaat Imanuel Mainang.
Informasi yang diterima Bidik News, para korban lampiasan Seroja, juga mengundang H. Abdul Majid Nampira beserta Keluarga Besar Nampira di Kalabahi untuk turut ikut merasakan dan menyaksikan Doa Syukur tersebut.
Kehadiran H. Abdul Majid Nampira yang dikenal warga AMN dan juga Calon Bupati Alor 2024 ini tidak lain ialah, masyarakat dan para korban terdampak Seroja se-Lembah Mainang merasa kepedulian dan kekerabatan serta rasa sosial kemanusiaan sosok murah senyum ini sangat tinggi.
Sebelum memulai Doa Syukur, besar ungkapan suara hati para korban yang diwakili oleh Yusup Jetmau di hadapan H. Abdul Majid Nampira dan keluarga besar Nampira serta seluruh masyarakat se-Lembah Mainang yang berkesempatan hadir saat itu.
"Tidak semua orang bisa menengok (rasa kasih) ketika orang bercucuran air mata. Kami keluarga korban merasa kehilangan, namun Bapak (H. Abdul Majid Nampira) memiliki nurani mendalam, menguatkan kami. Bapak memiliki harta hati (kasih) dan kami tidak melupakannya," ungkapan korban Bencana Siklon Tropis Seroja April 2021 lalu, Senin (4/4/2022).
Laporan/Editor: Markus Kari -
SHARING BERSAMA, USAHA PENGOLAHAN HASIL LOKAL. HYUNA KAFE #3
-
SHARING BERSAMA, USAHA PENGOLAHAN HASIL LOKAL. HYUNA KAFE #5
-
SHARING BERSAMA, USAHA PENGOLAHAN HASIL LOKAL. HYUNA KAFE #4
-
SHARING BERSAMA, USAHA PENGOLAHAN HASIL LOKAL. HYUNA KAFE #2
-
SHARING BERSAMA, USAHA PENGOLAHAN HASIL LOKAL. HYUNA KAFE (1)
-
PEMKAB ALOR LAUNCHING DESWITA KALABAHI, BUPATI DJOBO: HARUS MEMBERIKAN MANFAAT ||
BIDIKNEWS.id, Alor - Bupati Alor, Drs. Amon Djobo melaunching atau meresmikan Fasilitas Taman Destinasi Wisata Kota (DESWITA), Kamis (31/3/2022) malam.
Taman Destinasi Wisata Kota dianggap sangat nyaman bagi warga Alor maupun warga yang dari luar ketika ingin mencari suasana baru bersama keluarga karena letaknya yang sangat strategis.
Fasilitas Taman DESWITA yang berada di bagian selatan lapangan sepak bola mini Kalabahi ini, menelan anggaran sebesar 500 juta dari dana CSR Bank NTT tahun 2021.
Bupati Alor Amon Djobo dalam sapaannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bank NTT yang selalu bersinergi dalam pembangunan daerah Alor.
"Terima kasih buat Kepala (Direktur) Bank NTT yang telah memberikan dana CSR sebanyak 500 juta untuk pembangunan (pariwisata) ini," ujar Bupati Alor 2 Periode di hadapan Forkopimda, Kepala Bank NTT Cabang Kalabahi, Pegiat Pariwisata, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat serta pengunjung yang berkesempatan hadir pada acara launching tersebut.
Laporan/Editor: Markus Kari