RA Kartini Mendadak Meninggal Pada Usia 25 Tahun, Benarkah Rumor Bahwa Ia Diracun ?

460

BIDIKNEWS.id, Tokoh – Kematian Raden Ajeng Kartini dalam usia muda masih menjadi tanda tanya. RA Kartini dikabarkan masih sehat bugar saat 30 menit sebelum meninggal.

Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 dan meninggal dunia di Kabupaten Rembang pada 17 September 1904. Usianya masih 25 tahun dan baru 4 hari melahirkan anak tunggalnya.

Saat ini, 21 April selalu diperingati sebagi Hari Kartini untuk mengenang perjuangannya memperjuangkan emansipasi wanita.

Advertise

Misteri dalam sejarah soal penyebab RA Kartini mendadak meninggal dunia sampai kini masih belum terungkap.30 menit sebelum meninggal dunia, Kartini masih dalam keadaan segar bugar.

Hanya mengeluh sakit perut, namun ketika didatangi dokter Belanda, perutnya malah meregang kejang hingga akhirnya menjemput ajal di usia masih sangat muda, yakni 25 tahun.

Kartini wafat di pangkuan suami dan dokter yang mendatanginya.Benarkah Kartini meninggal karena diracun dokter Belanda?

Spekulasi itu hingga kini juga masih misterius.

Sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ.

Kartini meninggal usai melahirkan anak pertamanya yang bernama Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat.

Menurut data, Kartini meninggal pada 17 September 1904, empat hari setelah kelahiran anak pertamanya pada 13 September 1904.

Kartini mati muda, meninggal di usia 25 tahun. Meski begitu, tak semua sejarawan sependapat.

Bahkan semacam teori konspirasi yang menyebut, sesungguhnya Kartini meninggal karena diracun.

Salah satu faktor yang memperkuat dugaan tersebut adalah kondisi Kartini nan segar bugar pada saat 30 menit sebelum meninggal.

Menurut suami Kartini sekaligus Bupati Rembang Djojoadiningrat, setengah jam sebelum meninggal istrinya masih sehat bugar dan hanya mengeluh perutnya tegang.

Van Ravesteijn, dokter sipil dari Pati, datang dan memberinya obat. Setelah itu, tiba-tiba ketegangan di perut Kartini menghebat dan 30 menit kemudian dia meninggal.

“Dalam pelukan saya dan di hadapan dokter,” kata sang suami.

Demikian kisah yang diceritakan dalam buku berjudul “Kartini, Sebuah Biografi” karya Sitisoemandari Soeroto yang rilis pada 1979.

Sekitar 4 hari sebelum ajal, Kartini melahirkan anak tunggalnya yakni Raden Mas Soesali.

Sebenarnya dokter langganan Kartini adalah Bouman, seorang dokter sipil di Rembang. Namun sayang, saat merasakan kontraksi satu hari sebelumnya, Bouman keluar kota.

Karena dokter langganan tidak ada di tempat, suami Kartini terpaksa memanggil dokter Van Ravesteijn dari Pati untuk membantu persalinan istrinya.

Empat hari setelah persalinan, Van Ravesteijn datang untuk memeriksa Kartini.

Kondisi wanita yang terkenal dengan kumpulan surat berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini masih baik-baik saja.

Van Ravesteijn lantas meminta Kartini meminum obat. Sekitar 30 menit setelah Ravesteijn pergi, tiba-tiba Kartini merasakan sakit perut yang luar biasa.

Djojoadiningrat lantas menyuruh orang untuk memanggil sang dokter untuk kembali. Namun Kartini tak tertolong lagi.

Kematian mendadak Kartini sontak menimbulkan rumor bahwa istri Bupati rembang tersebut meninggal karena diracun.

Dokter langganan Kartini, Bouman, bahkan sempat melakukan penyelidikan untuk mengungkap kematian yang misterius tersebut.

Dari hasil penyelidikan terungkap, Van Ravesteijn sesungguhnya bukanlah dokter yang dapat dipercaya.

Namun hasil penyelidikan tersebut sepertinya tidak cukup kuat untuk membuktikan teori bahwa Kartini meninggal karena diracun. Atau minimal akibat tindakan malpraktik dokter.

Walhasil, sejarah resmi mencatat Kartini meninggal dunia karena sakit preeklampsia.

Sumber: Tribunmanado.com
Editor: Nardi Jaya